Kamis, 22 Oktober 2009

Sesal Kemudian Tiada Guna


Akhirnya sebagian besar UTS semester V selesai. Di semester ini aku mengambil 22 sks. Hmmm, sebenarnya aku merasa kurang maksimal di UTS ini. I think I could do better. Selalu saja pikiran itu yang keluar dari otakku kalo semuanya udah berlalu.

Kesal dan Menyesal. Kalau ditanya soal usaha, aku rasa aku sudah melakukannya. Well, mungkin tidak sampai bergadang yang ga tidur banget. Aku belajar kok.. Belajar.. Trust me.. :P Tapi kalo diingat-ingat lagi, yang kupelajari emang ga dipahami secara menyeluruh. Ya beginilah,

Menyesal Kemudian Tiada Guna. Kesalahanku sepertinya terletak saat menjalani kuliah itu sendiri. Aku sering terlambat, sehingga duduk dibelakang, sering ngantuk gara-gara bergadang ga guna, males mencatat, didn't do my homework or tasks by my self, terlalu anggap enteng, kadang-kadang ga masuk, suka menunda, ngerjain laporan ga dengan sungguh-sungguh.. Haaaah, ternyata banyak sekali kekurangan ku, Ga heran UTS ku acak kadut kaya tadi. Kadang-kadang mikir juga sih, kenapa temen lain bisa ngeberesin semua tugas, laporan dengan baik, benar, sungguh-sungguh, tebal, banyak gambarnya, rapi dsb dsb, berbeda dengan punya saya yang boro-boro rapi dah, SELESAI DENGAN PAKSA IYA :D Hehehe. Padahal Tuhan kasih waktu sama (baca: 24 jam) dengan kegiatan yang ga jauh bedalah, dosennya sama, tugasnya sama, tapi kok outputnya.... eaaa..eaaa. Sepertinya perlu intropeksi diri lebih dan lebih lagi. Satu hal yang bikin aku belajar dari hari-hari ini. Don't blame someone or something sembarangan if there's a bad situation in your life. Jadi begini nih, aku adalah tipe orang yang harus belajar sendiri (ga tau deh kalo sekarang, kayaknya bakal susah deh :P). Semester lalu aku sempat menyalahkan temen2 yang pada saat itu suka datang ke kosan ku buat belajar bareng (secara kosan gw besar gitu loh.. Sombong… Sombong...). Jadi ceritanya nih, aku merasa ga bisa belajar sendiri sehingga agak-agak menyalahkan lah.. Situasinya sekarang harusnya udah ideal bagiku karena aku udah pindah kosan (yang 180o dengan yang lama, kecil banget, hanya cukup buat satu orang… Lebay… Lebay… Tapi bener, emang kecil banget) dan temen2 ga pernah lagi belajar di kosan baru yang sekarang. Namun, yang terjadi adalah.... Aku jadi sering ngantuk karena di kosan sendiri dan cenderung suka nunda-nunda belajar dan tugas. Jadi emang dari diri ku juga penyebabnya. Begitu lah.

Semoga aja UAS nanti bisa lebih maksimal lagi. Harus itu. Semangat! 

Kamis, 23 Juli 2009

God is Good All the Time

Dia selalu menyertaiku di setiap langkahku

Penghiburan bagi ratapku

Ketenangan dalam namamu

Ku kan aman bersamamu


Not only in good time

Also in the bad time

God is good, all the time

Sabtu, 20 Juni 2009

Dedicated for My Lovely Grandpa


Bulang sudah tiada… Aku sungguh sedih. Sangat. Bulang tersayangku sudah pergi meninggalkan dunia ini. Sampai sekarang aku sulit mempercayai hal ini. Rasanya semuanya sungguh cepat berlalu. Aku baru berada di kota ini selama seminggu. Masih segar di ingatanku saat aku dan bulang bercerita tentang banyak hal tepat satu minggu sebelum kepergian bulang. Saat itu aku datang berkunjung, sehari setelah kepulanganku dari Bandung. Sewaktu aku datang, bulang sedang duduk sambil menyemir sepatu di kamar, tidak seperti biasa di kursi goyang kesayangannya di ruang tamu. Saat itu, bulang kurang enak badan dan tidak sesegar biasanya. Aku pun masuk ke kamar dan langsung disambut dengan tawa bahagianya. Di kamar bulang, bulang bercerita, begitupun aku. Dia bertanya tentang kuliahku, kapan rencana lulus hingga rencanaku melanjutkan S2 ku. Saat itu, aku berkata aku mau S2 di luar negeri, di salah satu negara di Eropa, dan dapat kulihat rasa bangga yang terpancar dari wajahnya. Setelah itu, bulang mulai bercerita. Banyak sekali. Banya hal. Ah, andai aku tahu itu adalah waktu terakhirku bercerita dengan bulang….

Aku sangat sedih kalau mengingat hal ini…. Aku selalu senang mendangar bulang bercerita. Tentang hidupnya, tentang kebanggaanya pada keturunannya, tentang hidupnya di masa perjuangan, tentang masa mudanya. Semuanya. Apalagi kalau bulang tertawa. Aku senang sekali mendengar bulang tertawa. Tawanya yang lepas tak menunjukkan kesakitan akan penyakitnya sedikitpun.

Lima hari kemudian, aku dan keluargaku datang lagi ke rumah bulang. Saat itu, aku melihat bulang yang sudah lemas di tempat tidur dan sulit berkata-kata. Pada waktu itu, aku hanya bisa menangis, aku tidak tahan melihat bulang yang sudah sangat lemas. Namun, walau sudah lemas begitu, bulang masih mengenali aku dan beliau masih mengingat rencana S2 ku itu. Tetapi bulang tidak bercerita banyak malam itu, karena beliau ingin segera beristirahat. Ternyata, malam itulah malam aku mendengar suara bulang, karena besoknya bulang meninggal dunia.

Ah, rasanya terlalu cepat bulang pergi. Sampai saat ini, aku masih terkenang dengan memori-memoriku bersama beliau. Saat aku digendong waktu kecil, diajak jalan-jalan, pertanyaan bulang yang selalu sama jika aku datang: “Sudah makan belum? Mau makan apa? Ayo, kita beli!”, wajah sumringah bulang ketika aku lulus di sebuah PTN, katanya: “Wah, cucuku belajar di tempat yang sama dengan Soekarno!”. Semuanya. Semuanya.

Aku sanyannnnnnnnnng sekali dengan bulang. Ga ada kata yang lain.

Walau sekarang bulang sudah enggak ada lagi, kasihnya selalu membekas di hatiku. Ga akan pernah terlupa. Sampai kapanpun.

I am gonna miss you forever.

Cucundu,

Elsa Tekang

Selasa, 09 Juni 2009

Lady in Waiting


Teman-teman Iseng-iseng nih..

Aku baru baca sebuah buku dan merasa terberkati dengan buku itu serta merasa perlu membagikannya buat kalian semua.


Lady in Waiting

Teman Hidup.

Pastinya tiap wanita ingin bertemu dan memiliki teman hidup mereka masing-masing. Malah mungkin ada sebagian wanita mengganggap hal itu sangat penting sehingga mereka terkesan mengejar-ngejar pria yang mereka sukai. Atau mungkin tidak mengejar-ngejar, tetapi menerima saja pria yang datang sebagai kekasih tanpa pertimbangan matang dan doa (mirip metode trial and liat nanti error ato enggak (: ).

Hari-hari ini status in relationship memang terlihat lebih baik dari single. Fenomena inilah yang menyebabkan wanita kurang bersikap lebih selektif dalam memilih pasangan hidup. Karena itu, tidak sedikit kisah cinta kandas di tengah jalan dan menyisakan puing-puing hati yang hancur dan rasa trauma.

Oleh karena itu, pertama berhentilah berburu pria untuk dijadikan pacar (mungkin kata-katanya ga berburu juga sih, maksudnya dalam hal ini, wanita seharusnya menanti, bukan mengejar, Setelah yakin mendapat jawaban dari Yang Di Atas, barulah merespon). Percaya saja bahwa Tuhan punya rencana atas diri kita dan menjaga apapun juga keadaan kita . Kita (wanita) hanya dapat melihat bagian luar seorang pria dari sudut pandang masa sekarang. Namun, Allah melihat hati pria dari sudut pandang kekekalan. Dengan sudut padang-Nya, Dia lebih jauh lebih tahu dari apa yang baik kita butuhkan. Yang kedua,handaknya kita meletakkan perasaan, hati, dan emosi kita dalam Tuhan. Biarkan Allah melindungi, memimpin, dan mengasihimu. Dengan begitu, hati kita kita tidak akan pernah hancur karena seorang pria.

Ini ada sebuah doa yang aku rasa cukup baik untuk dicontoh:

“ Bapa, hatiku lembut, rapuh, dan mudah pecah. Aku telah mencoba untuk mencari orang yang akan menyayangiku, tanpa melihat pandangan-Mu. Hatiku telah hancur dan emosiku memar, Aku minta Engkau mengambil dan menjaga hatiku. Aku telah mempertimbangkan pikiran-pikiran dan emosi cinta yang menyebabkan aku menyerahkan hatiku dengan begitu mudah. Aku akan segera datang kepada-Mu waktu aku merasa aku jatuh cinta. Tolong pegang kunci hati dan emosiku sampai hari dimana aku memberikannya kepada pria yang Engkau persiapkan bagiku.”

Jadi, intinya jangan lelah menunggu. Memang gampang sekali ngomong, tapi melakukannya susah luar biasa. Kuncinya minta kekuatan dari Yang Di Atas, dan peganglah prinsip : “ Lebih baik menunggu dari pada menghabiskan waktu bersama orang yang salah.”

Sekian and thanks to see my note, God bless and hope God'll show him soon.

:)


adopted f/: Lady in Waiting by Kendall and Jones

Senin, 01 Juni 2009

Kuliah di Bimbel atau di Kampus?

Semua orang pasti tahu Institut Teknologi Bandung. Yap benar, Institut Teknologi Bandung yang biasanya disingkat ITB ini terkenal dengan mahasiswanya yang oke dalam bidang akademik. Maka tidak heran, jika ada yang membuat kepanjangan lain dari ITB sebagai Institut Teknologi Bangsa. Tapi, apa benar orang-orang yang berada di dalamnya adalah terbaik?
Beberapa tahun belakangan ini banyak sekali dibuka bimbingan belajar yang ditujukan untuk mahasiswa S1 tingkat pertama (TPB) ITB di dalam kampus. Dan herannya, begitu juga mahasiswa TPB yang mengikutinya.

Tapi benarkah ini?

Kehidupan akademik yang cenderung keras membuat mahasiswa yang baru “merasakan” ITB kewalahan. Yah, biasanya mahasiswa baru berusaha untuk beradaptasi dengan linkungan kampus yang sungguh berbeda dengan sekolah selama 12 tahun. Selain itu mereka cenderung mudah terkena stress akibat tuntutan orang tua ataupun kegiatan kuliah yang tidak sama lagi seperti SMA, serta ketakutan berlebihan tidak lulus TPB atau UAS yang dianggap mengerikan karena ditakut-takuti oleh senior. Saya sendiri mengalami sedikit stress pada masa-masa awal masuk kuliah sebab saya merasa kurang diantara teman-teman sekelas (padahal sepertinya ga gitu-gitu amat deh sebenanya.^^)

Oleh karena analisis kebutuhan tersebut, munculnya berbagai bimbingan bagi mahasiswa TPB merupakan angin segar bagi sebagian mahasiswa tersebut dalam hal ini bagi mereka yang tidak terbiasa dengan belajar secara pribadi. Seperti kita ketahui, sebagian besar, calon mahasiswa mengandalkan bimbingan belajar agar dapat lulus di perguruan tinggi favorit mereka. Rasanya jarang yang belajar sendiri. Hal inilah yang umumnya terbawa-bawa hingga kuliah. Semasa SMA dulu, biasanya siswa malas mendengar pelajaran di kelas yang disampaikan guru karena merasa akan diterangkan kembali di bimbingan belajar. Kalau menurut saya, inilah yang menjadi masalah pokoknya. Kurangnya kepedulian dalam mendengar. Untuk menyikapi itu, semua bimbel berlomba-lomba untuk menjadi yang paling atraktif, baik dari segi harga maupun segi pengajaran, semua solusi jawaban ujian baik yang rahasia maupun bisa dilihat terbuka di website, selebaran paket-paket privat dengan harga terjangkau. Pokoknya dibuat semirip mungkin dengan keadaan waktu SMA dahulu (bahkan ada yang lakukan try-out sebelum UTS/UAS).

Kalau menurut saya sih, sebenarnya mahasiswa tidak perlu ikut-ikutan gitu. Namanya juga udah “maha”siswa. Masa’ kehidupanya masih sama dengan seorang siswa yang harus dicekoki dengan ilmu. Yang ada, mahasiswa itu mencoba mencari ilmu itu sendiri. Salah satu cara pembentukan karakter kan bisa dari adaptasi kehidupan kampus yang keras (akademiknya). Dengan gitu, kita jadi belajar manage waktu agar dapat mengikuti materi kuliah (jangan sampe ketinggalan) tanpa harus jadi study oriented. Karena pada dasarnya, seharusnya kitalah yang membimbing bukan kita yang dibimbing. Kata orang kan ITB itu mesin pencetak pemimpin-pemimpin di negeri ini. Gimana hal itu terjadi kalo mahasiswanya adalah manusia yang ga bisa manage diri sendiri.

Yah, walaupun sebenernya fenomena ini bisa dimaklumin juga sih…Mahasiswa zaman sekarang makin lama makin individual dan ingin egois, jadi agak malas bersosialisasi dengan teman lain untuk belajar bareng. Selain itu, keadaan ekonomi mahasiswa sekarang pada umumnya menengah ke atas sehingga tidak terlalu ambil pusing untuk mengeluarkan uang demi kepentingan yang notabene untuk pendidikan, orang tua pun jarang yang melarang anaknya untuk ikut bimbel karena persepsi orang tua yang masih menyamakan cara belajar mahasiswa dengan siswa SMA. Faktor lain juga bisa seperti gak tau harus minta ajarin sama siapa karena mahasiswa TPB kebanyakan belum masuk himpunan jadi belum kenal dengan senior tingkat atas sejurusan (yang biasanya sangat membantu memberikan trik-trik dalam kuliah dan adaptasi dengan dosen-dosen) sehingga tidak heran mereka berusaha mencari pihak yang dapat menjadi solusi bagi masalah akademik mereka. Jadi sebenernya, kunci dari fenomena ini adalah kemandirian mahasiswa dalam menghadapi masalah tanpa harus bergantung dengan orang lain.