Sabtu, 20 Juni 2009

Dedicated for My Lovely Grandpa


Bulang sudah tiada… Aku sungguh sedih. Sangat. Bulang tersayangku sudah pergi meninggalkan dunia ini. Sampai sekarang aku sulit mempercayai hal ini. Rasanya semuanya sungguh cepat berlalu. Aku baru berada di kota ini selama seminggu. Masih segar di ingatanku saat aku dan bulang bercerita tentang banyak hal tepat satu minggu sebelum kepergian bulang. Saat itu aku datang berkunjung, sehari setelah kepulanganku dari Bandung. Sewaktu aku datang, bulang sedang duduk sambil menyemir sepatu di kamar, tidak seperti biasa di kursi goyang kesayangannya di ruang tamu. Saat itu, bulang kurang enak badan dan tidak sesegar biasanya. Aku pun masuk ke kamar dan langsung disambut dengan tawa bahagianya. Di kamar bulang, bulang bercerita, begitupun aku. Dia bertanya tentang kuliahku, kapan rencana lulus hingga rencanaku melanjutkan S2 ku. Saat itu, aku berkata aku mau S2 di luar negeri, di salah satu negara di Eropa, dan dapat kulihat rasa bangga yang terpancar dari wajahnya. Setelah itu, bulang mulai bercerita. Banyak sekali. Banya hal. Ah, andai aku tahu itu adalah waktu terakhirku bercerita dengan bulang….

Aku sangat sedih kalau mengingat hal ini…. Aku selalu senang mendangar bulang bercerita. Tentang hidupnya, tentang kebanggaanya pada keturunannya, tentang hidupnya di masa perjuangan, tentang masa mudanya. Semuanya. Apalagi kalau bulang tertawa. Aku senang sekali mendengar bulang tertawa. Tawanya yang lepas tak menunjukkan kesakitan akan penyakitnya sedikitpun.

Lima hari kemudian, aku dan keluargaku datang lagi ke rumah bulang. Saat itu, aku melihat bulang yang sudah lemas di tempat tidur dan sulit berkata-kata. Pada waktu itu, aku hanya bisa menangis, aku tidak tahan melihat bulang yang sudah sangat lemas. Namun, walau sudah lemas begitu, bulang masih mengenali aku dan beliau masih mengingat rencana S2 ku itu. Tetapi bulang tidak bercerita banyak malam itu, karena beliau ingin segera beristirahat. Ternyata, malam itulah malam aku mendengar suara bulang, karena besoknya bulang meninggal dunia.

Ah, rasanya terlalu cepat bulang pergi. Sampai saat ini, aku masih terkenang dengan memori-memoriku bersama beliau. Saat aku digendong waktu kecil, diajak jalan-jalan, pertanyaan bulang yang selalu sama jika aku datang: “Sudah makan belum? Mau makan apa? Ayo, kita beli!”, wajah sumringah bulang ketika aku lulus di sebuah PTN, katanya: “Wah, cucuku belajar di tempat yang sama dengan Soekarno!”. Semuanya. Semuanya.

Aku sanyannnnnnnnnng sekali dengan bulang. Ga ada kata yang lain.

Walau sekarang bulang sudah enggak ada lagi, kasihnya selalu membekas di hatiku. Ga akan pernah terlupa. Sampai kapanpun.

I am gonna miss you forever.

Cucundu,

Elsa Tekang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar